Posted by : Elvin Pangadongan Friday, 31 March 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCAPAIAN KOMPETENSI TEKNIK INSTALASI FIBER OPTIK DI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DAN DAMPAKNYA PADA KINERJA LULUSAN DI DUNIA KERJA

Pangadongan Elfin Pujianto1*, Djoko Kustono2, Hakkun Elmunsyah3
1SMK Sandhy Putra Telkom Malang
2Pendidikan Kejuruan, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang
 3Pendidikan Kejuruan, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang

*elfin@smktelkom-mlg.sch.id

ABSTRAK

Dengan pesatnya pertumbuhan pengguna internet di Indonesia, maka kebutuhan bandwith dan perkembangan infrastruktur jaringan juga mengalami peningkatan, hal ini harus berbanding lurus dengan tersedianya sumberdaya manusia yang kompeten di bidang telekomunikasi khususnya teknik instalasi fiber optik. Sekolah menengah kejuruan perlu menyikapi keadaan ini sehingga mampu memberikan bekal keterampilan dan pengetahuan agar lulusannya menjadi tenaga kerja yang produktif. Menanggapi hal tersebut dibentuklah lembaga sertifikasi profesi yang berfungsi memberikan pelatihan spesifik serta sertifikat keahlian berstandar nasional, sehingga lulusannya mampu bersaing di dunia kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji serta menganalisis tentang pengaruh nilai ujian nasional, sarana prasarana laboratorium, kemampuan mengajar guru, dan nilai mata pelajaran sistem telekomunikasi, terhadap pencapaian kompetensi teknik instalasi fiber optik serta implikasinya pada kinerja lulusan di dunia kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu manajemen sumber daya manusia yang dikombinasikan dengan teori-teori pendidikan kejuruan dan pelatihan. Jenis penelitian ini adalah descriptive verificative dan explanatory survey dengan unit analisis adalah alumni SMK Telkom Malang yang telah memperoleh sertifikat kompetensi dari lembaga sertifikasi profesi dibidang fiber optik, dengan unit observasi adalah TUK Moklet Malang dan PT. Telkom Akses region Jawa Timur. Proses pengambilan data menggunakan angket performance list dimana telah divalidasi oleh pakar ahli. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja lulusan dipengaruhi secara signifikan oleh pencapaian kompetensi, dimana sarana prasarana dan kemampuan mengajar guru berpengaruh paling dominan terhadap pencapaian kompetensi, sedangkan nilai ujian nasional merupakan faktor yang paling kecil memberikan pengaruh terhadap pencapaian kompetensi dibidang fiber optik.

Kata kunci :  kinerja lulusan, pencapaian kompetensi, lembaga sertifikasi profesi, dan teknik instalasi fiber optik.


ABSTRACT

With the rapid growth of Internet users in Indonesia, the bandwidth requirements and the development of network infrastructure also increased, this should be directly accompanied by the availability of skilled human resources in the field of tele communications, particularly the techniques of fiber optic installation. Therefore, secondary vocational schools need to address this situation to provide the required skills and knowledge so that graduates become productive workers. Responding to that situation,  professional certification institutions which serves to provide specific training as well as a professional certificate have been established so that graduates are able to compete in the industrial work. The purpose of this study was to determine, review and analyze the influence of the national exam, laboratory infrastructure, teaching competence, and the score on specific lesson (telecommunication system) to the achievement of fiber optic instalation competence and its impact on the graduates’ performance in industrial world. This research uses human resources management science approach and is combined with theories of vocational education and training. This research is descriptive verificative and explanatory survey with the unit of analysis is the graduates’ of SMK Telkom Malang who has obtained the certificate of professional competence from certification institution in the field of fiber optics, the observation unit is TUK Moklet Malang and PT. Telkom Access East Java region. The retrieval of data is using questionnaires performance list which has been validated by expert. This research  data analysis techniques is using path analysis. The results showed that the performance of graduates is significantly affected by the achievement of competence, in which infrastructure and teaching competence are the most dominant to influence on the achievement of competence, while the national examination has the smallest proportion to influence on the achievement of competence in the field of fiber optics.

Key Words:  graduate performance, achievement of competencies, professional certification agency, and the installation of fiber optic.


PENDAHULUAN
Sejalan dengan arus globalisasi, teknologi berkembang dengan amat pesat, teknologi yang di hari kemarin masih dianggap modern, bukan tidak mungkin hari ini sudah mulai basi. Teknologi telekomunikasi misalnya, beberapa tahun yang lalu, kebanyakan orang di Indonesia dalam menggunakan sarana telekomunikasi cukup melalui telepon dan sms. Namun, seiring dengan berkembangnya media internet, cara orang dalam berkomunikasi sudah banyak berubah, dari telepon dan sms kini beralih ke media berbasis internet seperti: chat, email, media sosial, bahkan video call melalui jaringan internet.
Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dalam mengadopsi telepon seluler pintar atau smart phone. Menurut hasil riset Google dengan barometer konsumen dan Taylor Nelson Sofres ditahun 2015, penggunaan ponsel pintar orang Indonesia meningkat dua kali lipat dari 14% menjadi 28% dalam satu tahun (Koran Tempo, Februari 2015:2). Terungkap pula, 62% orang Indonesia menggunakan ponsel pintar untuk mengakses internet, hal ini menyebabkan Indonesia menempati salah satu posisi teratas di dunia terkait dengan akses internet eksklusif dari ponsel pintar, yaitu nomor satu di Asia dan tiga di dunia.
Tuntutan perkembangan infrastruktur kebutuhan bandwidth berbanding lurus dengan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan pada bidang Teknik Instalasi Fiber Optik (TIFO). Sekolah menengah kejuruan (SMK) perlu menyikapi keadaan ini sehingga mampu memberikan bekal keterampilan dan pengetahuan agar lulusannya menjadi tenaga kerja yang produktif. SMK seharusnya berperan penting dalam menyumbang calon tenaga kerja terdidik tingkat menengah, akan tetapi dalam kenyataanya yang ada justru orang-orang terdidiklah yang banyak menambah angka pengangguran khususnya dari lulusan SMK. Berdasarkan hasil survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) per-Agustus 2014 yang menyebutkan bahwa, dari 182,99 juta orang tenaga kerja Indonesia, sebanyak 7,24 juta orang di Indonesia berstatus pengangguran karena belum tertampung oleh pasar kerja, dimana tingkat pengangguran terbuka (TPT) paling besar adalah lulusan SMK sebesar 11,24%, kemudian lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 9,55%, disusul lulusan sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 7,15%, dilanjutkan dengan lulusan yang bertitel diploma sebesar 6,14%, kemudian yang bertitel sarjana sebesar 5,65%. Jumlah paling rendah ditemui pada lulusan SD ke bawah dengan persentase sebesar 3,04% (Koran Tempo, Kamis 6 November 2014:18).
Dari data BPS diatas, dapat diketahui bahwa lulusan SMK mendominasi jumlah pengangguran di Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa ada ketidak sesuaian antara tujuan dari diselenggarakannya suatu program pendidikan dengan kenyataan dilapangan. Kesenjangan atau ketidak sinkronan yang terjadi antara kebutuhan di dunia kerja dengan penyediaan tenaga kerja dari institusi pendidikan kejuruan khususnya SMK, disinyalir menjadi salah satu penyebab ketidak tercapaian tujuan dari pendidikan kejuruan yakni pendidikan untuk bekerja. Gejala kesenjangan ini juga diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Larso Marbun mengenai rendahnya kompetensi lulusan, "Kualitas lulusan SMK banyak yang tidak sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja saat ini, akhirnya banyak yang menganggur" (Republika.co.id, 2014).
Menanggapi kebutuhan akan tenaga kerja terampil tingkat menengah,  pemerintah melalui PP No.31 tahun 2006 tentang sistem diklat berbasis kompetensi, mulai tahun 2015, sistem pendidikan berbasis kompetensi di SMK semakin disempurnakan dengan pengembangan Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama (LSP- P1) SMK.  Untuk itu, pada tahun 2014 sebanyak 300 SMK yang dulunya bertitel Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dan saat ini telah menjalankan standart ISO 9001 disiapkan untuk membentuk LSP-P1 dengan mengikuti pelatihan asesor kompetensi dan pelatihan penerapan dokumen mutu, sebagai persyaratan LSP-P1.  Dari 300 SMK, 150 SMK telah memasukkan dokumen mutu dan 98 SMK diantaranya telah dilakukan asesmennya oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).  Sampai tahun 2015 ada  25 SMK telah menyelesaikan perbaikan dokumen (bnsp.go.id). Sesuai dengan kesepakatan Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) mulai tahun 2015 siswa SMK akan mengikuti uji kompetensi atau sertifikasi kompetensi mengacu pada standar BNSP yakni Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sebagai standar Nasional.
 Sertifikasi diperlukan agar, kompetensi yang dimiliki oleh setiap tenaga kerja, mendapatkan pengakuan baik secara regional maupun nasional, terlebih lagi dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dalam bidang jasa telekomunikasi sendiri, tenaga kerja bersertifikat menjadi persyaratan mutlak dalam menjalankan proyek-proyek besar yang didanai oleh pemerintah. Selain persiapan berupa sikap dan mental serta keahlian, juga diperlukan persiapan adminstratif yang meliputi surat keterangan lulus atau ijazah, sertifikat kompetensi, sertifikat pendukung, referensi, dan lain-lain yang menjadi syarat untuk diterima di dunia kerja (Hermansyah, 2010). SKKNI telah dibentuk, lembaga pendidikan profesi dan lembaga pelatihan telah siap menghasilkan tenaga kerja yang kompeten, lembaga sertifikasi profesi yang memberikan jaminan dan pengakuan atas kompetensi profesi telah tersedia dan semakin banyak jenis pekerjaan yang disertifikasi sesuai standar, dan semuanya telah bekerja dalam suatu sistem yang dibangun secara Nasional, permasalahannya adalah, dengan begitu banyak kelembagaan dan kegiatan yang fokus kepada indentifikasi, pengukuran, dan pengembangan kompetensi seseorang, belum banyak kajian yang fokus kepada hal-hal yang membentuk dan mempengaruhi kompetensi seseorang, sehingga permasalahan kompetensi cukup diatasi dengan berbagai program pendidikan dan pelatihan.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa antara kenyataan dalam kehidupan sehari-hari dengan kajian ilmiah masih terdapat jurang yang cukup luas untuk diisi guna menyempurnakan pemahaman konsep kompetensi dan efektivitas pengembangan kompetensi untuk produktivitas SDM. Maka yang tidak kalah pentingnya adalah pemahaman akan faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan kompetensi seseorang dan kaitannya dengan kinerjanya. Untuk itu, peneliti mengangkat penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kompetensi Teknik Instalasi Fiber Optik (TIFO) di Lembaga Sertifikasi Profesi dan Dampaknya pada Kinerja Lulusan di Dunia Kerja”.


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Blog Archive

Download Ebook

Statistik Pengunjung

Powered by Blogger.

- Copyright © TeknoΣdu -Metrominimalist- Powered by Blogger - Edited by Elvin Pangadongan -